Senin, 28 Mei 2012

PERUBAHAN LIRIK HIMNE GURU


25 November Hari Guru Nasional . Guru sebagai sebuah profesi yang menuntut kesabaran dan keuletan yang luar biasa dalam upaya mencerdaskan anak bangsa agar dapat meraih prestasi yang gemilang di masa depan. Pada saat seperti sekarang ini, guru dengan lika-liku kehidupannya, masih berada di posisi belakang dibandingkan dengan profesi yang lain. Padahal guru merupakan agen paling depan di dunia pendidikan yang tugasnya sangat berat. Sebutan ‘Pahlawan Tanpa Tanda Jasa', mungkin sekarang hanya menjadi sebuah kalimat yang tak ada nilainya. Betapa tidak? Para pahlawan ini memang tak pernah diingat oleh siapapun dan kapanpun. Meski sejatinya ia bermakna dalam kehidupan manusia. Kalimat yang mengandung arti luas dan sangat mengena ketika mengenang kembali kilas balik kehidupan kita di masa kecil saat pertama kali mengecap pendidikan di Sekolah Dasar.
Mungkin tidak banyak dari kita yang tahu, bahwa pada tanggal 8 November 2007, Sartono, sebagai pencipta Hymne Guru, disaksikan oleh Dirjen PMPTK Depdiknas, Dr. Fasli Jalal Ph. D dan Ketua Pengurus Besar PGRI HM. Rusli, telah menandatangani surat resmi tentang penggantian lirik terakhir dari Hymne Guru tersebut. Kata-kata “tanpa tanda jasa” diganti menjadi “pembangun insan cendekia”. Sehingga Hymne tersebut diakhiri dengan “Engkau patriot pahlawan bangsa pembangun insan cendekia.” Sebuah langkah yang mungkin dirasa lumayan bijak untuk mengakhiri “penderitaan” guru yang tak kunjung hilang.
Dan hal itu diperkuat dengan Surat Edaran Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Nomor : 447/Um/PB/XIX/2007 tanggal 27 November 2007, Guru adalah tonggak pembangun dari sebuah bangsa.
Pergantian lirik lagu hymne guru pada kalimat terakhir telah disepakati dan ditandatangani pada tanggal november 2007 disaksikan oleh  Dirjen PMPTK Depdiknas dan ketua pengurus besar PGRI dan juga dengan diperkuat dengan surat edaran Persatuan Guru Republik Indonesia. Nomor : 447/Um/PB/XIX/2007 tanggal 27 November 2007. Berikut liriknya yang lama di atas dan yang baru di bawah
Lirik Lagu Hymne Guru

Hymne Guru
Cipt. Sartono
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa


Versi Perubahan Dibaris Akhir

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau sabagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Pembangun insan cendikia

Jumat, 18 Mei 2012

T A M A N

I

aku menimbang suara adzan lagi
malam ini di taman yang mulai jengah
menawar kembangkembang muda yang berjejeran
diantara tiang listrik dan riap sungai kapuas
seekor ikan menggelapar di jala nelayan
mendesah dicelah malam yang berkeluh kesah

II

jam sepuluh malam
telah mampir embun disini
bisikan adzan tadi semakin kentara
tapi tertinggal dipintu kamar

III

embun yang menyirami kembang mulai terjengkang
: adzan lewat begitu saja
oplet tua telah lelah dalam kantuknya
malamku semakin beku
tanpa tahu letak rumahMu
tapi tetap saja kembangkembang berjejeran menunggu gontai
ojekan untuk pulang atau langsung di bentengbenteng rapuh
: seorang anak, seorang ibu, seorang bapak
menangis dalam kelambu malam ini

Pontianak, Januari 2002

terpaksa mengalihkan semua puisi-puisi yang terserak di blog ini .... slamat tinggal www.dekideki.blogspot.com

LORONG GELAP


menyusuri lorong gelap ini
ramarama berlomba mengejar lampu merkuri
: ayo bang, singgah sebentar jak
tadak mahal be, cume dua puluh ribu
asap rokok
bibir mungil
sudut kumuh
ranjang lusuh

ditengah birahi yang memuncak
dua wanita menarik mimpi tentang
adzan sore tadi yang bercanda didada
ibu yang berpesan
: nak, jangan na’ maen ke tempat tu ye
banyak ular tedong. bahaye
pacar yang ditinggalkan
: yang, telpon kamek malam ni ye! awas kalau tadak

segelas kopi telah bermain diotak
suarasuara terus merangsang naluri hewan
(alangkah indahnya ibu, adzan, atau menelpon malam ini)

Pasar tengah, Januari 2002

WAJAH MENUNGGU KEMATIAN ADALAH AKU

wajah menunggu kematian adalah aku
: perempuan sama setiap detak jantung khatulistiwa
tlah ada sejak ribuan tahun lalu
ketika eva dilemparkan dari surga
maka ia berkelana mencari lakilaki menuntaskan naluri hewani
melahirkan habil dan khabil
dalam banjir darah perawan

adalah kau pelacur ku
lahir dan besar dibawah dosa eva
gelap menyetubuhi raga rapuhmu
hingga lahir betina yang meneruskan dosa
menarik habil dan khabil dalam rindu semu

adalah kau pelacurku
ditamantaman, dikondominium, disinggasana
membawa dosa yang diwariskan eva

tanpa dzikir ini telah lama ditidurkan
dilorong lurus bersama malam dan minuman
maka akulah wajah menunggu kematian

pontianak, 10 September 2005

KEMBALI


pukul duaku yang memaksa
telah larut waktu kita
jauh dibayang bayang
: perpisahan adalah tanda abadi dari kenangan
makassar, 14-11-2001