Selasa, 29 Januari 2013

Biografi yang Tertunda

Lanjutan ........


setelah sekian lama tertunda tulisan mencoba menceritakan perjalan dari pertama menghirup udara kini kucoba melanjutkan cerita yang sempat tertunda.


iringan kuntilanak itu tak berhenti mengiring langkah ayah untuk mencabut tugal diladang dikarenakan memang ketika aku dilahirkan adalah masa perladangan bagi masyarakat sengkubang khususnya di dusun parit serikat. di rumah suasana semakin tegang karena bayi yang ditunggu-tunggu kelahirannya seakan betah bertahan di rahim bunda tercinta. penantian panjang tak hanya dukun beranak dan beberapa famili tetapi mahkluk lain yang berbeda dunia tak kunjung hengkang dari sekeliling rumah. dan itu juga bertambah tak hanya kuntilanak. Menurut cerita emak, dukun beranak itu semakin panik (biasanya dukun beranak dikampung memiliki indra keenam) bahwa suara-suara aneh mulai semakin nyata.... suara...suara anjing yang tak pernah terdengar dikampung (maklum kampung kami 100% islam = maaf bukan SARA) maka tidak ada masyarakat yang memelihara anjing. Tapi pada tengah malam itu disaat halilintar menggelegar, hujan turun dengan lebatnya setelah kemarau panjang, suara-suara anjing saling bersahutan.
Entah karena kebetulan atau tidak diceritakan ayah... ketika menyusu jalan sepetak menuju sawah langkah ayah sepertinya ditemani dan dikawal oleh beberapa orang. Padahal diakui ayah bahwa sejak turun dari rumah ayah hanya sendiri. Selain itu diceritakan juga oleh ayah banyak kunang-kunang yang mengiringi langkah ayah sehingga jalan yang gelap gulita seperti terang benderang. Keanehan lain juga terjadi hanya bertadahkan daun pisang tak satupun air membasahi tubuh ayah (ini menjadi keanehan bagi semua orang dirumah ketika ayah tiba dari ladang).
Bayi yang ditunggu telah terlahir. Kelahiran yang menenggangkan ditandai berhentinya suara-suara kuntilanak dan gonggongan anjing. Juga alam yang mengamuk beberapa jam sebelum kelahirannya juga berhenti.
Keesokan harinya parit-parit, sumur yang kerontang penuh dengan air. Padahal secara logika hujan yang hanya beberapa jam tidak memungkinkan untuk memenuhi parit dan sumur.
(bersambung)