Jumat, 06 Desember 2013

Biografi yang Tertunda II

lanjutan: 
(melanjutkan tulisan yang terkatung setelah kurang lebih satu tahun memang sulit ...(tak percaya) coba tanya pada para penulis ...hadeeehhhh ....!)

Ketapang, 06 - 12 - 2013
maju sekitar 36 tahun kemudian .... mengetik dibawah hujan yang menderu karena desember bagiku adalah kemegahan hujan yang membasahi bumi (bukan November - Menurut Guns and Roses) ....ketikan pertama setelah vakum satu tahun ketika hujan yang menyirami tanah kayong mengingakatkan ku pada peristiwa 36 (Versi asli usiaku) tahun lalu ketika anak kecil yang menangis seirama rintik hujan bergelora menyirami tanah parit serikat yang kering kerontang disapa kemarau (mungkin) yang terkejam.
Ketika mereka melihat keadaan sekarang ... mungkin berpikir "ah .... betapa mudahnya keberhasilan diraih"
"Siapa Deki?"
"Pendatang yang hanya bermodalkan selembar ijazah SMA"
"Siapa Deki"
"Setiap hari selalu sibuk menerima tamu"
"Siapa Deki"
"Jangan ditanya siapa Deki"
"Ayah dua orang anak ...."
"O ..."
Keberhasilan tak bisa diraih seperti kita membalikan telapak tangan....Jika sekarang aku menikmati hidup ini karena perjuanganku yang berat sejak aku dilahirkan di dunia ini.
Hujan ini tak memberi kepastian kapan berhenti. Satu yang selalu kunanti ketika hujan pukul 03.00 subuh mendekati Azan subuh... aku rindu senandung dari mahkluk gaib di samping rumah yang menyanyikan tembang melayu... Tetapi aku tak pernah mendengar tembang itu....Walau aku mempunyai banyak koleksi lagu Melayu, Melayu Pontianak, Melayu Sambas, Melayu Ketapang, bahkan Melayu Riau.... tapi tembang ini tak pernah ku dengar.... tapi itu tak perlu dipersoalkan .....
(Sepertinya tulisan ini mulai ngawur, hahahahha batinku)
Aku menyadari kini tulisan ini semakin ngawur tapi kengawuran ini menjadikan tanganku semakin lincah menari-nari dituts-tuts Notebook yang setia menemaniku dan menjadi bagian otakku.

10.00 WIB Pasar Baru (06/12/2013)
Indigo .... ah bisa iya bisa tidak .....
Pukul 10.00 ketika masuk pesan di BBM seorang teman jauh yang baru datang ke Kota Ketapang mengajak nonkrong sudut pasar Baru Ketapang yang menjadi langgananku. Ketika mengeliling pasar baru... aku gamang. Kilatan merah melekat di kedua mataku. Aku mengeluh .... Oh Tuhan jangan kau buktikan apa yang kurasakan ini seperti yang terjadi di Kampus FKIP Untan (1997), PT. SBAL (2005), dan Jl. Merdeka sekitar 2 tahun yang lalu.
Aku termenung dan tak fokus menyimak obrolan ini. Pikiran ku melayang pada Rona Saga yang membara diujung salah satu ruko di pasar Baru. Ketika beranjak pulang. Rona Saga tersebut terbukti.
Mungkin untuk Kampus FKIP, PT. SBAL dan Pasar di JL. Merdeka akan dibahas pada tulisan berikutnya.
(Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar